Gunung Slamet Siaga, Pemukiman Penduduk Dalam Zona Aman

23.21 Add Comment


Setelah sejak tanggal 10 Maret dinyatakan berstatus waspada, hari ini Rabu 30 April 2014 Gunung Slamet dinyatakan dalam status siaga. Pernyataan ini disampaikan oleh Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB melalui akun twitternya. Peningkatan status ini diputuskan karena sudah lebih dari sepekan ini aktivitas Gunung Slamet meningkat.
Selasa 29 April 2014 sejak pukul 00.00 sampai dengan 06.00 WIB terjadi 30 kali gempa letusan dan 60 kali gempa asap. Asap putih tebal kecoklatan - kelabu tebal teramati setinggi 150-700m, selain itu terdengar 26 kali suara dentuman. Luncuran lava picar terlihat mencapai 1500 meter dari kawah. Dari aktivitas-aktivitas yang terjadi sepekan ini disimpulkan secara umum intensitas dan frekuensi letusan Gunung Slamet semakin meningkat.
Sutopo menyampaikan bahwa rekomendasi daerah yang harus dikosongkan yaitu radius 4km dari puncak kawah. Selain itu tidak boleh ada kegiatan pendakian, berkemah, maupun wisata diradius 4km. Masyarakat dihimbau tetap tenang karena perkampungan seputar lereng Gunung Slamet berada diluar radius berbahaya.
Saat ini Kepala BNPB telah memerintahkan untuk segera melakukan koordinasi dengan BPBD Jateng dan BPBD Pemalang, Banyumas, Brebes, Tegal, dan Purbalingga. "Rencana kontinjensi agar segera disempurnakan, disosialisasikan dan dilatihkan kepada masyarakat", Jelas Sutopo. arl/foto 

Kegiatan Pendakian Gunung Merapi Ditutup

13.22 Add Comment

Setelah sesaat lalu status Gunung Merapi dinaikkan menjadi waspada Tim Reaksi CEpat Badan Penanggulangan Bencana Jogjakarta melalui akun twitternya @TRCBPDDIY kembali mengumumkan bahwa kegiatan pendakian Gunung Merapi ditutup kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian dalam upaya mitigasi bencana. Dijelaskan bahwa status Gunung Merapi segera akan ditinjau kembali jika terjadi perubahan aktivitas Gunung merapi yang signifikan. BPPTKG melalui Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Jogjakarta menghimbau kepada masyarakat agar tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya mengenai erupsi Gunung Merapi dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah. Berikut twit yang di rilis Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Jogjakarta:




arl/foto: wikipedia

Status Gunung Merapi Naik dari Normal menjadi Waspada

12.51 Add Comment
Dini hari ini status Gunung Merapi yang semula normal kini naik menjadi Waspada. Informasi ini disampaikan oleh Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Jogjakarta melalui akun twitter @TRCBPBDDIY, Rabu (30/4) pagi. Mereka pun mengunggah foto surat penaikan status Merapi dari Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana.
Dalam surat bernomor 326/04/BGV.K/2014 tertera keterangan status penaikan. Surat ini juga diteruskan pada Kepala BNPB, Gubernur Jogjakarta, Gubernur Jateng, Bupati Sleman dan sejumlah Kepala Daerah. Meski mengalami penaikan, TRC mengimbau pada masyarakat untuk tetap tenang.
“Status G.Merapi naik ‘WASPADA’,tetap tenang,cek semua sistem penanggulangan bencana,pastikan semua dlm kodisi SIAP,” tulis mereka melalui akun @TRCBPBDDIY.
Penaikan ini juga berdasarkan pada rekomendasi dari BPPTKG tanggal 29 April 2014. Dalam rekomendasi tersebut, Subandrio, Kepala BPPTKG menuliskan bahwa aktivitas gunung merapi mengalami peningkatan.

“Berdasarkan hasil data pemantauan Gunung Merapi, secara instrumen dan visualm aktivitas Gunung Merapi mengalami peningkatan. Maka terhitung tanggal 29 April 2014 pukul 23.50 WIB status merapi dinaikkan dari normal menjadi waspada,” tulisnya. arl

Mengejar Kucing Besar Yang Gemulai Dari Gunung Slamet

06.05 Add Comment
Kali ini tim Jejak Jejak Misterius menelusuri Gunung Slamet yang berada di Jawa Tengah. Apa yang dikejar? Tentunya adalah jejak dari kucing besar yang gemulai di Gunung Slamet. Seperti apa penelusurannya? Saksikan hanya dalam tayangan berikut ini.
Perburuan Harimau Jawa di Gunung Slamet terus berlanjut. Jika yang dilihat warga sekitar adalah anak harimau Jawa, itu berarti paling tidak ada seekor induk harimau atau jantan harimau. Di tengah cuaca yang  basah tim tak patah arang mencari keberadaan hewan tersebut. Apa saja yang akan dilakukan untuk bisa menemukan harimau itu? Tonton selengkapnya dalam video berikut ini.
Hari mulai malam, tapi tim Jejak Jejak Misterius tidak berhenti untuk mencari keberadaan Harimau Jawa. Rasa penasaran yang cukup tinggi membuatnya semuanya tetap terjaga. Dan sepertinya usaha yang telah dilakukan tidak berakhir sia-sia karena tim mendengar suara dari hewan liar. Apakah itu Harimau Jawa? Saksikan hanya dalam tayangan berikut Ini.
Sumber: mytrans

PVMBG: Status Gunung Slamet Belum Akan Dievaluasi

23.43 Add Comment

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, Jawa Barat (Jabar), belum berencana mengevaluasi status Gunung Slamet, Jawa Tengah, meskipun intensitas dan frekuensi letusannya meningkat.

"Kalau evaluasi (terhadap aktivitas Gunung Slamet, red.) dilakukan terus, seminggu sekali. Nah, masalahnya ancamannya itu masih di puncak, jadi statusnya masih tetap Waspada," kata Kepala PVMBG Bandung, Muhamad Hendrasto saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa, (29/4).

Menurut dia, hingga saat ini belum ada tanda-tanda ancaman bahaya Gunung Slamet akan meluas.

Dalam hal ini, jika radius bahaya Gunung Slamet meluas atau lebih dari 2 kilometer, tidak menutup kemungkinan statusnya akan ditingkatkan.

Lebih lanjut, Hendrasto mengatakan bahwa hingga saat ini, tinggi semburan abu dari letusan Gunung Slamet yang berada di antara Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes itu tidak lebih dari 1.000 meter.

"Dengan tinggi tidak lebih dari 1.000 meter, itu masih Waspada. Nanti kalau ketinggiannya sudah mencapai 2.000-3.000 meter, statusnya juga ancamannya mungkin bisa meluas," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Slamet di Gambuhan, Kabupaten Pemalang, Sudrajat mengatakan bahwa lontaran material pijar Gunung Slamet hingga saat ini tetap vertikal seperti biasanya.

Selanjutnya, kata dia, material pijar itu kembali jatuh ke dalam kawah Gunung Slamet namun ada beberapa yang mental ke lereng sebelah barat dan selanjutnya menggelinding ke bawah. "Jadi, bukan mengalir ke lembah. Kalau bahasa saya, luncuran jatuhan," katanya.

Menurut dia, pihaknya akan terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Slamet. "Hasil pantauan kami akan dievaluasi oleh tim yang ada di pusat (PVMBG, red.). Tapi yang jelas sampai sekarang masih level Waspada, ancamannya hanya radius 2 kilometer dari puncak," jelasnya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan petugas Pos PGA Slamet PVMBG terhadap aktivitas Gunung Slamet pada hari Selasa, pukul 00.00-06.00 WIB, secara visual tampak 52 kali letusan asap putih tebal kecokelatan hingga kelabu tebal dengan tinggi 150-700 meter dan 52 kali sinar api diikuti lontaran atau percikan material pijar dengan tinggi 150-700 meter.

Selain itu teramati luncuran lava pijar mencapai 1.500 meter dari kawah, dan terdengar 26 kali suara dentuman, sedangkan dari sisi kegempaan tercatat 30 kali gempa letusan dan 67 gempa embusan asap.

Terkait hal itu, PVMBG menyimpulkan bahwa intensitas dan frekuensi letusan Gunung Slamet semakin meningkat, namun ancaman bahayanya masih di dalam radius 2 kilometer dari puncak, sehingga statusnya tetap Waspada (level III).

Penduduk terdekat atau yang bermukim sekitar 10-12 kilometer dari puncak Gunung Slamet, yakni Desa Jurang Mangu, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, diimbau untuk tetap tenang. (ant)

Sumber: antara

Aktivitas Gunung Slamet Meningkat, namun Status Tetap Waspada

12.08 Add Comment
Gunung Slamet

Gunung Slamet yang berada di lima Kabupaten di Jawa Tengah ini dalam seminggu terakhir mengalami peningkatan aktivitas kembali. Sejak dinyatakan menjadi waspada pada tanggal 10 Maret 2014 Gunung Slamet sempat mengalami penurunan aktivitas.

Dari pos pemantauan gunung api Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang tercatat pada tanggal 28 April 2014 sejak pukul 18.00 - 24.00 WIB mengalami 35 kali gempa letusan dan 90 kali gempa hembusan asap. Secara visual tampak 33 kali sinar api diikuti percikan material pijar dengan tinggi 150-600m diiringi dengan suara dentuman.

Meskipun aktivitasnya meningkat kembali namun status Gunung Slamet belum dinaikan dan masih waspada. Masyarakat sekitar lereng Gunung Slamet diharapkan tetap tenang dan tetap melakukan aktivitas seperti biasanya. arl

Photo: @Pelukis_Cahaya

Mengenal Gunung Slamet

13.07 Add Comment

Gunung Slamet adalah salah satu gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa. Tingginya 3.428 mdpl dan terletak berbatasan dengan 5 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal. Dan Kabupaten Pemalang. Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru di Jawa Timur. Gunung Slamet masih aktif sampai saat ini dan terakhir dinyatakan sampai level siaga [ada pertengahan tahun 2009.
Sejak tanggal 10 Maret 2014 status Gunung Slamet kembali dinyatakan Waspada oleh Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang. Peningkatan status Gunung Slamet ini dikarenakan adanya peningkatan aktivitas vulkanik. Gunung yang secara geografis terletak pada posisi 7o 14’ 30” Lintang Selatan dan 109o 12’ 30” Bujur Timur, mulai mengalami kegempaan sejak 1 Maret 2014.
Di seputar lereng Gunung Slamet terdapat beberapa obyek wisata yang menarik seperti wisata alam pemandian air panas Guci, obyek wisata Baturraden, Owabong, Goa Lawa, Pemandian Moga dan kawasan PTPN Semugih, Telaga Renjeng dan PTPN Kaligua di Bumiayu, serta beberapa sungai besar yang berhuhulu Gunung Slamet yang antara lain:  sungai Banjaran, Logawa, Bojo, Penaki, Gronggongan,  Lembarang, Gung, Brengkah, Comal, Batur, dan Erang.
Dalam sejarahnya, sekitar abad ke 1-6 M di Gunung Slamet Kerjaan sempat berkembang sebuah kerajaan yaitu kerajaan Galuh Purba, yang konon merupakan kerajaan pertama yang berdiri di Jawa Tengah. Kerajaan Galuh Purba sendiri terdiri dari beberapa kerajaan kecil, antara lain:
  • o    Kerajaan Galuh Rahyang lokasi di Brebes, ibukota di Medang Pangramesan
  • o    Kerajaan Galuh Kalangon lokasi di Roban, ibukota di Medang Pangramesan
  • o    Kerajaan Galuh Lalean lokasi di Cilacap, ibukota di Medang Kamulan
  • o    Kerajaan Galuh Tanduran lokasi di Pananjung, ibukota di Bagolo
  • o    Kerajaan Galuh Kumara lokasi di Tegal, ibukota di Medangkamulyan
  • o    Kerajaan Galuh Pataka lokasi di Nanggalacah, ibukota di Pataka
  • o    Kerajaan Galuh Nagara Tengah lokasi di Cineam,ibukota di Bojonglopang
  • o    Kerajaan Galuh Imbanagara lokasi di Barunay (Pabuaran), ibukota di Imbanagara
  • o    Kerajaan Galuh Kalingga lokasi di Bojong (bukan Bojong yang sekarang ada di Kabupaten Tegal), ibukota di Karangkamulyan
Dari kerajaan-kerjaan kecil tersebut dapat disimpulkan jika kerajaan ini memiliki wilayah yang cukup luas, yaitu Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen ,Kedu, Kulonprogo, dan Purwodadi.
Jadi tidak heran jika disekitar Gunung Slamet dan beberapa bukit yang mengintarinya banyak terdapat reruntuhan batu-batu yang konon merupakan peninggalan kerajaan, warga sekitar menyebutnya dengan candi.


Sejarah Letusan Gunung Api Slamet

Berdasarkan catatan sejarah letusannnya, Gunung api Slamet yang bertipe A ini sudah meletus sebanyak 25 kali lebih sejak tahun 1772. Berikut ini beberapa kejadian letusan Gunung Api Slamet pada masa lalu yang dicatat oleh (Kusumadinata 1979; Abdurachman dkk. 2007);
  1. 11-12 Agustus 1771: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  2. Oktober 1825: Letusan abu
  3. September 1935: Letusan abu
  4. 1 Desember 1849: Letusan abu
  5. 19 Maret dan 11 April 1860: Letusan abu
  6. Mei, Juni, Nov., Desember 1875: Letusan abu
  7. 21-30 Maret 1885:  Letusan abu
  8. 14 Juli-9 Agustus1904: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  9. Juni 1923: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  10. November 1926: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  11. 27 Februari  1927: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  12. 20-29 Maret dan 8-12 Mei 1928: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  13. 6,7 dan 15 Juni 1929:  Letusan abu dan leleran/kubah lava
  14.  2-13 April 1930:  Letusan abu dan leleran/kubah lava
  15.  1 Juli dan 20 September 1932: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  16. 18 Maret,April, 6 Mei, 15 Juli, 4 Desember 1939: Letusan abu
  17. 15-20 Maret dan 15 April 1940: Letusan abu
  18. Juli, Agustus, Oktober 1953:  Letusan abu dan leleran/kubah lava
  19.  12-13 November, 6-16 Desember 1955: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  20.  8 Februari 1957 8 Februari: Letusan abu
  21. 17 April, 4-6 Mei, 13 Oktober, Desember 1958: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  22. Desember 1960:  Letusan abu
  23. Januari 1961:  Letusan abu
  24. 1966: Letusan abu
  25.  Juni, Juli, Agustus 1969: Letusan abu
  26. Agustus 1973:  Letusan abu dan leleran/kubah lava
  27.  12-13 Juli 1988: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  28.  23 April – 6 Mei 2009: Letusan abu dan lontaran lava pijar (tipe Stromboli)

Karakteristik Letusan Gunung Api Slamet

Berdasarkan sejarah kejadian letusan gunung api Slamet sejak 1772, Pak Indyo Pratomo dan Pak Mohamad Hendrasto berkesimpulan bahwa karakteristik letusan gunung api Slamet cenderung bersifat ekplosif lemah dan juga efusif berupa lelehan lava yang disertai letusan abu dan scoria (tipe Stromboli) yang disertai lemparan abtu pijar. Letusan abu vulkanik akibat letusan gunung api Slamet ini akan mengikuti kemana arah angin. Abu vulkanik yang terbawa oleh angin akan sangat menganggu pernapasan penduduk yang masuk dalam kawasan rawan bencana bahaya debu vulkanik.
Potensi ancaman atau bahaya gunung api Slamat apabila meletus adalah lontaran meterial letusan, hujan abu lebat, lelehan dan kubah lava, dan banjir lahar.
Dari potensi ancama tersebut, yang harus diwaspadai saat terjadi letusan adalah lontaran material pijar dan hujan abu lebat. Menurut peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Slamet. Lontaran material pijar berpotensi terjadi pada radius 3 km dari pusat letusan. Potensi ancaman setelah letusan yang juga sangat merusak harus diwaspadai adalah banjir lahar dingin yang terjadi setelah turunnya hujan.