Mengenal Gunung Slamet

13.07

Gunung Slamet adalah salah satu gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa. Tingginya 3.428 mdpl dan terletak berbatasan dengan 5 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal. Dan Kabupaten Pemalang. Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru di Jawa Timur. Gunung Slamet masih aktif sampai saat ini dan terakhir dinyatakan sampai level siaga [ada pertengahan tahun 2009.
Sejak tanggal 10 Maret 2014 status Gunung Slamet kembali dinyatakan Waspada oleh Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang. Peningkatan status Gunung Slamet ini dikarenakan adanya peningkatan aktivitas vulkanik. Gunung yang secara geografis terletak pada posisi 7o 14’ 30” Lintang Selatan dan 109o 12’ 30” Bujur Timur, mulai mengalami kegempaan sejak 1 Maret 2014.
Di seputar lereng Gunung Slamet terdapat beberapa obyek wisata yang menarik seperti wisata alam pemandian air panas Guci, obyek wisata Baturraden, Owabong, Goa Lawa, Pemandian Moga dan kawasan PTPN Semugih, Telaga Renjeng dan PTPN Kaligua di Bumiayu, serta beberapa sungai besar yang berhuhulu Gunung Slamet yang antara lain:  sungai Banjaran, Logawa, Bojo, Penaki, Gronggongan,  Lembarang, Gung, Brengkah, Comal, Batur, dan Erang.
Dalam sejarahnya, sekitar abad ke 1-6 M di Gunung Slamet Kerjaan sempat berkembang sebuah kerajaan yaitu kerajaan Galuh Purba, yang konon merupakan kerajaan pertama yang berdiri di Jawa Tengah. Kerajaan Galuh Purba sendiri terdiri dari beberapa kerajaan kecil, antara lain:
  • o    Kerajaan Galuh Rahyang lokasi di Brebes, ibukota di Medang Pangramesan
  • o    Kerajaan Galuh Kalangon lokasi di Roban, ibukota di Medang Pangramesan
  • o    Kerajaan Galuh Lalean lokasi di Cilacap, ibukota di Medang Kamulan
  • o    Kerajaan Galuh Tanduran lokasi di Pananjung, ibukota di Bagolo
  • o    Kerajaan Galuh Kumara lokasi di Tegal, ibukota di Medangkamulyan
  • o    Kerajaan Galuh Pataka lokasi di Nanggalacah, ibukota di Pataka
  • o    Kerajaan Galuh Nagara Tengah lokasi di Cineam,ibukota di Bojonglopang
  • o    Kerajaan Galuh Imbanagara lokasi di Barunay (Pabuaran), ibukota di Imbanagara
  • o    Kerajaan Galuh Kalingga lokasi di Bojong (bukan Bojong yang sekarang ada di Kabupaten Tegal), ibukota di Karangkamulyan
Dari kerajaan-kerjaan kecil tersebut dapat disimpulkan jika kerajaan ini memiliki wilayah yang cukup luas, yaitu Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen ,Kedu, Kulonprogo, dan Purwodadi.
Jadi tidak heran jika disekitar Gunung Slamet dan beberapa bukit yang mengintarinya banyak terdapat reruntuhan batu-batu yang konon merupakan peninggalan kerajaan, warga sekitar menyebutnya dengan candi.


Sejarah Letusan Gunung Api Slamet

Berdasarkan catatan sejarah letusannnya, Gunung api Slamet yang bertipe A ini sudah meletus sebanyak 25 kali lebih sejak tahun 1772. Berikut ini beberapa kejadian letusan Gunung Api Slamet pada masa lalu yang dicatat oleh (Kusumadinata 1979; Abdurachman dkk. 2007);
  1. 11-12 Agustus 1771: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  2. Oktober 1825: Letusan abu
  3. September 1935: Letusan abu
  4. 1 Desember 1849: Letusan abu
  5. 19 Maret dan 11 April 1860: Letusan abu
  6. Mei, Juni, Nov., Desember 1875: Letusan abu
  7. 21-30 Maret 1885:  Letusan abu
  8. 14 Juli-9 Agustus1904: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  9. Juni 1923: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  10. November 1926: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  11. 27 Februari  1927: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  12. 20-29 Maret dan 8-12 Mei 1928: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  13. 6,7 dan 15 Juni 1929:  Letusan abu dan leleran/kubah lava
  14.  2-13 April 1930:  Letusan abu dan leleran/kubah lava
  15.  1 Juli dan 20 September 1932: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  16. 18 Maret,April, 6 Mei, 15 Juli, 4 Desember 1939: Letusan abu
  17. 15-20 Maret dan 15 April 1940: Letusan abu
  18. Juli, Agustus, Oktober 1953:  Letusan abu dan leleran/kubah lava
  19.  12-13 November, 6-16 Desember 1955: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  20.  8 Februari 1957 8 Februari: Letusan abu
  21. 17 April, 4-6 Mei, 13 Oktober, Desember 1958: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  22. Desember 1960:  Letusan abu
  23. Januari 1961:  Letusan abu
  24. 1966: Letusan abu
  25.  Juni, Juli, Agustus 1969: Letusan abu
  26. Agustus 1973:  Letusan abu dan leleran/kubah lava
  27.  12-13 Juli 1988: Letusan abu dan leleran/kubah lava
  28.  23 April – 6 Mei 2009: Letusan abu dan lontaran lava pijar (tipe Stromboli)

Karakteristik Letusan Gunung Api Slamet

Berdasarkan sejarah kejadian letusan gunung api Slamet sejak 1772, Pak Indyo Pratomo dan Pak Mohamad Hendrasto berkesimpulan bahwa karakteristik letusan gunung api Slamet cenderung bersifat ekplosif lemah dan juga efusif berupa lelehan lava yang disertai letusan abu dan scoria (tipe Stromboli) yang disertai lemparan abtu pijar. Letusan abu vulkanik akibat letusan gunung api Slamet ini akan mengikuti kemana arah angin. Abu vulkanik yang terbawa oleh angin akan sangat menganggu pernapasan penduduk yang masuk dalam kawasan rawan bencana bahaya debu vulkanik.
Potensi ancaman atau bahaya gunung api Slamat apabila meletus adalah lontaran meterial letusan, hujan abu lebat, lelehan dan kubah lava, dan banjir lahar.
Dari potensi ancama tersebut, yang harus diwaspadai saat terjadi letusan adalah lontaran material pijar dan hujan abu lebat. Menurut peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Slamet. Lontaran material pijar berpotensi terjadi pada radius 3 km dari pusat letusan. Potensi ancaman setelah letusan yang juga sangat merusak harus diwaspadai adalah banjir lahar dingin yang terjadi setelah turunnya hujan.


Share this

Related Posts

First